Hakikat Malaikat
Di
dalam Al-Qur’an sangat banyak ayat yang menjelaskan keberadaan malaikat.
Ayat-ayat itu menjelaskan sifat-sifat, kriteria, tugas, dan kewajiban para
malaikat. Bahkan, Al-Qur’an meletakkan iman kepada malaikat ke dalam jajaran iman kepada Allah swt., iman
kepada para nabi dan kitab-kitab langit, dan ini merupakan dalil atas
pentingnya permasalahan ini.Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah
diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang beriman.
Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan
rasul-rasul-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]: 285)
Tak
syak lagi bahwa wujud malaikat merupakan sebuah wujud gaib yang -untuk membuktikannya berikut sifat-sifat dan
kriteria-kriterianya itu- tidak ada
jalan lain kecuali dalil-dalil tekstual. San sebagai konsekuensi
keimanan pada hal-hal gaib, kita harus menerima keberadaan mereka. Al-Qur’an
menyebutkan kriteria-kriteria mereka di dalam ayat-ayatnya, antara lain:
1. Para malaikat adalah makhluk yang berakal,
mempunyai inteligensi, dan
hamba-hamba Allah yang dimuliakan. ... sebenarnya
[malaikat-malaikat itu] adalah
hamba-hamba yang dimuliakan. (QS.
Al-Anbiya’ [21]: 26)
2. Mereka sangat menaati perintah-perintah Tuhan,
dan sama sekali tidak
pernah melakukan maksiat. Mereka tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan
mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 27)
3. Mereka mempunyai tanggung jawab untuk
menjalankan kewajiban- kewajiban yang begitu penting dan beragam dari sisi
Allah swt.
a. Sebagian mereka adalah penyangga ‘Arsy Ilahi.
“... dan pada hari itu delapan orang
malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas [kepala-kepala] mereka. (QS.
Al-Haqqah [69]: 17)
b. Sebagian mereka adalah
penanggung jawab perintah Ilahi.
“Dan [malaikat-malaikat] yang mengatur urusan
[dunia]. (QS. An-Nazi‘at
[79]: 5)
c. Sebagian malaikat bertugas
untuk mengambil nyawa.
... hingga bila datang kepada
mereka utusan-utusan Kami [malaikat] untuk
mengambil nyawanya .... (QS. Al-A‘raf [7]: 37)
d. Dan sebagian yang lain
mengawasi perbuatan-perbuatan manusia.
Padahal sesungguhnya bagi kamu sekalian ada
[malaikat-malaikat] yang mengawasi [pekerjaan]mu—yang mulia [di sisi Allah
swt.] dan yang mencatat [pekerjaan-pekerjaan
itu]—mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Infithar [82]: 10-12)
e. Sebagian malaikat bertugas untuk menjaga
manusia dari bahaya-bahaya dan
kecelakaan. ... dan diutus-Nya kepada
kamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antaramu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat-malaikat Kami itu tidak akan pernah melalaikan kewajibannya. (QS.
Al-An‘am [6]: 61)
f. Sebagian lainnya bertugas untuk memberi azab
dan siksa kepada kaum yang membangkang.
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami [para malaikat] itu kepada Luth, ia
merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan ia berkata, “Ini adalah hari yang amat sulit”. (QS. Hud
[11]: 77)
g. Tterdapat pula sekelompok malaikat
yang melalui mereka Allah swt. menolong kaum mukmin dalam peperangan.Hai
orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah [yang telah dikaruniakan]
kepadamu ketika telah datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan angin
topan dan tentara yang tidak bisa kamu lihat .... (QS. Al-Ahzab [33]: 9)
h. Dan akhirnya, ada sekelompok
malaikat yang menyampaikan wahyu dan
pembawa kitab-kitab langit untuk para nabi. Ia
menurunkan malaikat dengan [membawa] wahyu dengan perintah-Nya kepada
siapa pun yang Ia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya .... (QS.
An-Nahl [16]: ayat 2)
Demikianlah, apabila kita ingin menghitung kewajiban-kewajiban para
malaikat ini satu demi satu, maka hal ini akan sangat menyita waktu.
4. Mereka senantiasa sibuk bertasbih
kepada Allah swt., sebagaimana disebutkan dalam sebuah ayat, “... dan para
malaikat bertasbih serta memuji Tuhannya
dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang berada di bumi …(QS. Asy-Syura [42]:
5)
5. Dengan kedudukan mulia malaikuat yang
demikian itu, manusia masih mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
dikarenakan potensi kesempurnaan yang dimilikinya, sehingga karena hal ini,
semua malaikat tanpa terkecuali bersujud setelah selesainya penciptaan Adam,
dan mereka menganggap Adam sebagai guru
mereka.
6. Mereka kadang-kadang mengubah dirinya
dalam bentuk manusia, dan menampakkan dirinya di hadapan para nabi atau bahkan
selain nabi, sebagaimana dalam surat Maryam; dimana kita membaca bahwaseorang malaikat mulia Ilahi telah mengubah dirinya di
hadapan Maryam dalam bentuk manusia. .... lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya
[Maryam], maka ia menjelma di hadapannya
[dalam bentuk] manusia yang sempurna. (QS. Maryam [19]: 17)
Di tempat yang lain, malaikat
menampakkan diri dalam bentuk manusia di hadapan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi
Luth a.s. Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami [malaikat-malaikat] telah datang
kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan, “Selamat.” Ibrahim menjawab, “Selamatlah.”
Maka tidak lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya,
Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka,
dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata, “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami
adalah [malaikat-malaikat] yang diutus kepada kaum Luth. (QS. Hud [11]: 69-70)
Demikian juga dalam surat yang sama, ayat 77, Dia berfirman, “Dan
tatkala datang- utusan-utusan Kami [para malaikat] itu kepada Luth, ia
merasa susah dan merasa sempit dadanya
karena kedatangan mereka, dan ia berkata,
‘Ini adalah hari yang amat sulit.’” (QS. Hud [11]: 77) Bahkan dari
kelanjutan ayat ini bisa dipahami bahwa kaum Luth pun melihat mereka dalam bentuknya sebagai manusia. Dan
datanglah kepadanya kaumnya [Luth] dengan tergesa-gesa .... (QS. Hud [11]: 78) Apakah kemunculan mereka dalam
bentuk manusia merupakan realitas yang obyektif? Ataukah hanya dalam bentuk
permisalan dan semacam pengelabuan
terhadap pengindaraan manusia? Secara dzahir, ayat-ayat Al-Qur’an
menunjukkan asumsi pertama, walaupun sebagian mufassir besar memilih asumsi
kedua.
7. Dari riwayat-riwayat bisa diketahui bahwa
jumlah mereka sangatlah banyak, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan jumlah
manusia. Dalam sebuah hadis, ketika Imam Ash-Shadiq a.s. ditanya; apakah jumlah
malaikat lebih banyak ataukah jumlah manusia yang lebih banyak, beliau berkata:“Demi
Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Jumlah malaikat Allah
di langit lebih banyak dari jumlah butiran-butiran tanah yang ada di
bumi. Di langit, tidak ada tempat jejakan kaki kecuali di sana terdapat seorang
malaikat yang senantiasa memuji dan menyucikan Allah swt.”
8. Mereka tidak makan dan tidak minum. Begitu
juga mereka tidak menikah. Dalam sebuah hadis dari Imam Ash-Shadiq a.s., “Para
malaikat tidak makan, tidak pula minum. Mereka pun tidak menikah. Mereka hidup
dengan angin lembut ‘Arsy Ilahi.”
9.
Mereka tidak mengantuk, tidak lelah, dan tidak lupa, sebagaimana ditegaskan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib a.s. dalam sebuah hadis, “Tidak ada kelelahan dan kelalaian di dalam
diri mereka, serta tidak pula ada
penentangan ... Rasa kantuk tidak pernah terlihat pada wajah-wajah mereka, dan
akal mereka tidak akan pernah berada dalam
kekuasaan hawa nafsu dan kelalaian. Badan mereka tidak pernah
diselimuti oleh rasa lelah, dan mereka
pun tidak pernah berada dalam sulbi seorang ayah dan rahim seorang ibu.”
10. Mereka
mempunyai derajat yang berbeda-beda. Sebagian mereka senantiasa berada dalam
keadaan ruku’, dan sebagian yang lain senantiasa berada dalam keadaan
sujud.Tiada seorang pun di antara kami [malaikat] melainkan mempunyai kedudukan
yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf [dalam menunaikan
ibadah Allah] dan kami benar-benar bertasbih. (QS. Ash-Saffat [37]: 164-166 Imam Ash-Shadiq a.s. berkata,
“Allah swt. mempunyai malaikat-malaikat yang hingga Hari Kiamat senantiasa berada
dalam keadaan ruku’, dan malaikat-malaikat yang hingga Hari Kiamat senantiasa
berada dalam keadaan sujud.”
Untuk mendapatkan keterangan yang lebih banyak
tentang sifat-sifat para malaikat ini, Anda bisa merujuk ke kitab As-Samâ’ wa
Al-‘Âlam, Bihâr Al-Anwâr, Bab-bab Malaikat, jilid 59, hal. 144-326. Demikian
juga, Nahjul Balaghah, khutbah-khutbah no. 1, 91, 109, 171, dan khutbah
Al-Asybâh.Dengan memperhatikan sifat-sifat malaikat yang telah disebutkan di
atas, alu apakah mereka itu makhluk yang abstrak ataukah materi kongkret? Tentu
bahwa berdasarkan sifat-sifat ini, malaikat tidak mungkin berupa unsur dari substansi yang kotor. Akan tetapi,
tidak mustahil apabila mereka tercipta dari jasmani yang lembut, jasmani yang
berada di atas substansi yang biasa kita kenal.Pembuktian keabstrakan mutlak
para malaikat bukanlah merupakan sebuah pekerjaan yang mudah hatta dari sisi
zaman, tempat, dan bagian-bagiannya. Dan penelitian dalam masalah ini pun tidak
begitu bermanfaat. Yang penting adalah, bahwa kita mengenal para malaikat
dengan sifat-sifat yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan riwayat-riwayat.
Dan kita mengetahui mereka sebagai spesis agung dari makhluk-makhluk tinggi dan
pilihan Allah swt. Kita tidak menisbahkan kepada mereka selain kedudukan
sebagai hamba, tidak pula menganggap
mereka sebagai sekutu Allah swt. dalam penciptaan atau Ibadah, karena yang
demikian ini adalah syirik yang jelas.
Pada topik ini, kami mencukupkan pembahasan
hanya sampai di sini, dan untuk perincian yang lebih mendalam, kami akan
merujukkannya kepada kitab-kitab yang
mengkhususkan pembahasan tentang malaikat.Dalam banyak ibarat yang tercantum
pada kitab Taurat tentang malaikat, terdapat ungkapan “tuhan-tuhan” yang tentu
saja merupakan ungkapan yang bercampur dengan syirik, dan itu merupakan sebagian
tanda dari perubahan Taurat saat ini. Akan tetapi, Al-Qur’an bersih dari
ungkapan semacam ini. Karena, menurut Al-Qur’an, tidak ada kedudukan lain bagi
para malaikat ini selain kedudukan penghambaan dan ibadah, serta sebagai
pengemban perintah-perintah Ilahi. Bahkan dalam berbagai ayat ditegaskan bahwa
kedudukan insan kamil (manusia sempurna) adalah lebih tinggi dan mulia dari
kedudukan para malaikat.
No comments:
Post a Comment