Saturday, June 1, 2013

Hakikat Malaikat


Hakikat Malaikat

            Di dalam Al-Qur’an sangat banyak ayat yang menjelaskan keberadaan malaikat. Ayat-ayat itu menjelaskan sifat-sifat, kriteria, tugas, dan kewajiban para malaikat. Bahkan, Al-Qur’an meletakkan iman kepada malaikat  ke dalam jajaran iman kepada Allah swt., iman kepada para nabi dan kitab-kitab langit, dan ini merupakan dalil atas pentingnya permasalahan ini.Rasul telah beriman kepada Al-Qur’an yang telah diturunkan kepadanya dari Tuhannya. Demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (QS. Al-Baqarah [2]: 285)
            Tak syak lagi bahwa wujud malaikat merupakan sebuah wujud gaib yang -untuk  membuktikannya berikut sifat-sifat dan kriteria-kriterianya itu- tidak ada  jalan lain kecuali dalil-dalil tekstual. San sebagai konsekuensi keimanan pada hal-hal gaib, kita harus menerima keberadaan mereka. Al-Qur’an menyebutkan kriteria-kriteria mereka di dalam ayat-ayatnya, antara lain:
1.   Para malaikat adalah makhluk yang berakal, mempunyai inteligensi, dan
 hamba-hamba Allah yang dimuliakan. ... sebenarnya [malaikat-malaikat    itu] adalah hamba-hamba yang dimuliakan.  (QS. Al-Anbiya’ [21]: 26)
 2.   Mereka sangat menaati perintah-perintah Tuhan, dan sama sekali tidak
 pernah melakukan maksiat. Mereka tidak mendahului-Nya dengan  perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 27)
3.  Mereka mempunyai tanggung jawab untuk menjalankan kewajiban-  kewajiban  yang begitu penting dan beragam dari sisi Allah swt.
      a. Sebagian mereka adalah penyangga ‘Arsy Ilahi.
 “... dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di    atas [kepala-kepala] mereka. (QS. Al-Haqqah [69]: 17)
      b.   Sebagian mereka adalah penanggung jawab perintah Ilahi.
             “Dan [malaikat-malaikat] yang mengatur urusan [dunia]. (QS. An-Nazi‘at
             [79]: 5)
      c. Sebagian  malaikat bertugas untuk mengambil nyawa.
          ... hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami [malaikat] untuk
            mengambil nyawanya .... (QS. Al-A‘raf [7]: 37)
      d.   Dan sebagian yang lain mengawasi perbuatan-perbuatan manusia.
 Padahal sesungguhnya bagi kamu sekalian ada [malaikat-malaikat] yang mengawasi [pekerjaan]mu—yang mulia [di sisi Allah swt.] dan yang mencatat  [pekerjaan-pekerjaan itu]—mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Infithar [82]: 10-12)
e.   Sebagian malaikat bertugas untuk menjaga manusia dari bahaya-bahaya   dan kecelakaan.  ... dan diutus-Nya kepada kamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antaramu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak akan pernah melalaikan kewajibannya. (QS. Al-An‘am [6]: 61)
      f.   Sebagian lainnya bertugas untuk memberi azab dan siksa kepada kaum  yang membangkang. Dan tatkala datang utusan-utusan Kami [para malaikat] itu kepada Luth, ia merasa susah dan sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan ia berkata,  “Ini adalah hari yang amat sulit”. (QS. Hud [11]: 77)
      g. Tterdapat pula sekelompok malaikat yang melalui mereka Allah swt. menolong kaum mukmin dalam peperangan.Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah [yang telah dikaruniakan] kepadamu ketika telah datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan angin topan dan tentara yang tidak bisa kamu lihat .... (QS. Al-Ahzab [33]: 9)
      h.  Dan akhirnya, ada sekelompok malaikat yang menyampaikan wahyu dan
 pembawa kitab-kitab langit untuk para nabi. Ia menurunkan malaikat dengan [membawa] wahyu dengan perintah-Nya  kepada  siapa pun yang Ia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya .... (QS. An-Nahl  [16]: ayat 2)
      Demikianlah, apabila kita ingin menghitung kewajiban-kewajiban para
      malaikat ini satu demi satu, maka hal ini akan sangat menyita waktu.



      4. Mereka senantiasa sibuk bertasbih kepada Allah swt., sebagaimana disebutkan dalam sebuah ayat, “... dan para malaikat bertasbih serta  memuji Tuhannya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang berada di bumi …(QS. Asy-Syura [42]: 5)
      5. Dengan kedudukan mulia malaikuat yang demikian itu, manusia masih mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari dikarenakan potensi kesempurnaan yang dimilikinya, sehingga karena hal ini, semua malaikat tanpa terkecuali bersujud setelah selesainya penciptaan Adam, dan mereka  menganggap Adam sebagai guru mereka.
      6. Mereka kadang-kadang mengubah dirinya dalam bentuk manusia, dan menampakkan dirinya di hadapan para nabi atau bahkan selain nabi, sebagaimana dalam surat Maryam; dimana kita membaca bahwaseorang malaikat   mulia Ilahi telah mengubah dirinya di hadapan Maryam dalam bentuk manusia. .... lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya [Maryam], maka ia menjelma di  hadapannya [dalam bentuk] manusia yang sempurna. (QS. Maryam [19]: 17)
Di tempat yang lain, malaikat menampakkan diri dalam bentuk manusia di hadapan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Luth a.s. Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami [malaikat-malaikat] telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira. Mereka mengucapkan,  “Selamat.” Ibrahim menjawab, “Selamatlah.” Maka tidak lama kemudian  Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala  dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh  perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata,  “Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah [malaikat-malaikat] yang diutus kepada kaum Luth. (QS. Hud [11]: 69-70)
      Demikian juga dalam surat yang sama, ayat 77, Dia berfirman, “Dan tatkala datang- utusan-utusan Kami [para malaikat] itu kepada Luth, ia merasa  susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan ia berkata,  ‘Ini adalah hari yang amat sulit.’” (QS. Hud [11]: 77) Bahkan dari kelanjutan ayat ini bisa dipahami bahwa kaum Luth pun melihat  mereka dalam bentuknya sebagai manusia. Dan datanglah kepadanya kaumnya [Luth] dengan tergesa-gesa .... (QS. Hud  [11]: 78) Apakah kemunculan mereka dalam bentuk manusia merupakan realitas yang obyektif? Ataukah hanya dalam bentuk permisalan dan semacam pengelabuan  terhadap pengindaraan manusia? Secara dzahir, ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan asumsi pertama, walaupun sebagian mufassir besar memilih asumsi kedua.
7.   Dari riwayat-riwayat bisa diketahui bahwa jumlah mereka sangatlah banyak, sehingga tidak bisa dibandingkan dengan jumlah manusia. Dalam sebuah hadis, ketika Imam Ash-Shadiq a.s. ditanya; apakah jumlah malaikat lebih banyak ataukah jumlah manusia yang lebih banyak, beliau berkata:“Demi Allah yang nyawaku berada dalam genggaman-Nya! Jumlah malaikat    Allah  di langit lebih banyak dari jumlah butiran-butiran tanah yang ada di bumi. Di langit, tidak ada tempat jejakan kaki kecuali di sana terdapat seorang malaikat yang senantiasa memuji dan menyucikan Allah swt.”
8.   Mereka tidak makan dan tidak minum. Begitu juga mereka tidak menikah. Dalam sebuah hadis dari Imam Ash-Shadiq a.s., “Para malaikat tidak makan, tidak pula minum. Mereka pun tidak menikah. Mereka hidup dengan angin lembut ‘Arsy Ilahi.”
9. Mereka tidak mengantuk, tidak lelah, dan tidak lupa, sebagaimana   ditegaskan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s. dalam sebuah hadis, “Tidak ada kelelahan dan kelalaian di dalam diri mereka, serta  tidak pula ada penentangan ... Rasa kantuk tidak pernah terlihat pada wajah-wajah mereka, dan akal mereka tidak akan pernah berada dalam  kekuasaan hawa nafsu dan kelalaian. Badan mereka tidak pernah diselimuti  oleh rasa lelah, dan mereka pun tidak pernah berada dalam sulbi seorang ayah dan rahim seorang ibu.”
10. Mereka mempunyai derajat yang berbeda-beda. Sebagian mereka senantiasa berada dalam keadaan ruku’, dan sebagian yang lain senantiasa berada dalam keadaan sujud.Tiada seorang pun di antara kami [malaikat] melainkan mempunyai kedudukan yang tertentu, dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf [dalam menunaikan ibadah Allah] dan kami benar-benar bertasbih. (QS. Ash-Saffat  [37]: 164-166 Imam Ash-Shadiq a.s. berkata, “Allah swt. mempunyai malaikat-malaikat yang hingga Hari Kiamat senantiasa berada dalam keadaan ruku’, dan malaikat-malaikat yang hingga Hari Kiamat senantiasa berada dalam keadaan sujud.”
             Untuk mendapatkan keterangan yang lebih banyak tentang sifat-sifat para malaikat ini, Anda bisa merujuk ke kitab As-Samâ’ wa Al-‘Âlam, Bihâr Al-Anwâr, Bab-bab Malaikat, jilid 59, hal. 144-326. Demikian juga, Nahjul Balaghah, khutbah-khutbah no. 1, 91, 109, 171, dan khutbah Al-Asybâh.Dengan memperhatikan sifat-sifat malaikat yang telah disebutkan di atas, alu apakah mereka itu makhluk yang abstrak ataukah materi kongkret? Tentu bahwa berdasarkan sifat-sifat ini, malaikat tidak mungkin berupa  unsur dari substansi yang kotor. Akan tetapi, tidak mustahil apabila mereka tercipta dari jasmani yang lembut, jasmani yang berada di atas substansi yang biasa kita kenal.Pembuktian keabstrakan mutlak para malaikat bukanlah merupakan sebuah pekerjaan yang mudah hatta dari sisi zaman, tempat, dan bagian-bagiannya. Dan penelitian dalam masalah ini pun tidak begitu bermanfaat. Yang penting adalah, bahwa kita mengenal para malaikat dengan sifat-sifat yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan riwayat-riwayat. Dan kita mengetahui mereka sebagai spesis agung dari makhluk-makhluk tinggi dan pilihan Allah swt. Kita tidak menisbahkan kepada mereka selain kedudukan sebagai hamba, tidak  pula menganggap mereka sebagai sekutu Allah swt. dalam penciptaan atau Ibadah, karena yang demikian ini adalah syirik yang jelas.
  Pada topik ini, kami mencukupkan pembahasan hanya sampai di sini, dan untuk perincian yang lebih mendalam, kami akan merujukkannya kepada  kitab-kitab yang mengkhususkan pembahasan tentang malaikat.Dalam banyak ibarat yang tercantum pada kitab Taurat tentang malaikat, terdapat ungkapan “tuhan-tuhan” yang tentu saja merupakan ungkapan yang bercampur dengan syirik, dan itu merupakan sebagian tanda dari perubahan Taurat saat ini. Akan tetapi, Al-Qur’an bersih dari ungkapan semacam ini. Karena, menurut Al-Qur’an, tidak ada kedudukan lain bagi para malaikat ini selain kedudukan penghambaan dan ibadah, serta sebagai pengemban perintah-perintah Ilahi. Bahkan dalam berbagai ayat ditegaskan bahwa kedudukan insan kamil (manusia sempurna) adalah lebih tinggi dan mulia dari kedudukan para malaikat.

No comments:

Post a Comment